Solo Leveling Ch. 2: Double Dungeon

Admin | |




Bab 2
Double Dungeon
(Dungeon Ganda)


Keputusan terakhir bergantung pada pilihan yang akan diambil Jin Woo. Dengan gelisah, dia memandangi kembali Kristal kelas E di tangannya, lalu beralih ke seseorang di sampingnya. Joo Hee menggelengkan kepalanya kepada Jin Woo. Joo Hee memiliki perasaan buruk tentang hal ini. Bahkan, Jin Woo sebetulnya merasakan hal yang sama. Dalam situasi apapun, dia bukanlah seseorang yang berani mengambil risiko besar dengan melemparkan dirinya sendiri ke dalam hal-hal berbahaya. Terlebih, dia tidak memiliki kemampuan atau keberanian untuk melakukan itu. Namun, Jin Woo memiliki saudara perempuan yang akan segera masuk kuliah.


'Aku tidak punya uang untuk itu…' pikirnya.

Usia Jin Woo adalah 24 tahun, tapi dia harus berhenti kuliah karena tidak punya mampu membayar biayanya. Dia tidak ingin adiknya mengalami hal yang sama sepertinya.

Hidupnya bergantung pada setiap sen uang yang dengan sulit dia dapat, tapi sangat gampangnya lenyap begitu saja. Ya, Mr. Park bukanlah satu-satunya orang yang membutuhkan uang.

Dengan pertimbangan itu, akhirnya Jin Woo-pun memutuskan untuk mengangkat tangannya.

"Ya. Aku juga memilih untuk ikut pergi."

Mendengar hal itu, Joo Hee yang berada di sampingnya menghela napasnya, kecewa. Namun, semua hal sudah diputuskan, mereka akan pergi.

***
Terowongan dalam Double Dungeon sangat panjang, seakan tidak memiliki akhir.  Di barisan terdepan, Mr. Song memimpin perjalanan, diikuti oleh hunter veteran lain. Mr. Song merupakan Hunter terkuat dalam rombongan. Mr. Song kembali menciptakan bola api dengan sihirnya dan terbang rendah di atas tangannya. Para anggota rombongan pun berjalan beriringan di belakangnya menyusuri terowongan dengan pencahayaan remang-remang tersebut.

Mr. Kim bertanya dari rombongan rombongan, “Bukankah ini terlalu dalam? Mungkin kita perlu mempertimbangkan untuk kembali saja.

"Sudah berapa lama kita berjalan?"

Mr. Kim melihat jam di pergelangan tangannya, "Sudah sekitar 40 menit.

"Setelah mengalahkan Sang Bos, kita punya waktu 1 jam sebelum Gate benar-benar tertutup.  Jadi, kita masih memiliki sekitar 20 menit tersisa."

Semuanya terdiam.

"Jadi, jika kita tidak melihat bos itu dalam 20 menit, kita bisa kembali, kan?"

"Kukira begitu," jawab Mr. Song sambil mengangguk. Ia kemudian mengarahkan ibu jari ke punggungnya dan berkata, “Mr. Kim, kau menutupi bagian depanku, terlalu gelap, kembalilah ke belakangku.

Mr. Kim melihat nyala api Mr. Song yang memang redup, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkan fitur lampu senter. Cahaya terang serta merta menerangi terowongan, membuatnya terlihat sangat jelas.

"..."

Mr. Song celingukan, membandingkan antara nyala apinya dan cahaya terang dari ponsel Mr. Kim. Kemudian, dalam dia mulai mengambil ponsel dari sakunyamengikuti apa yang dilakukan Mr. Kim.

***
Di belakang rombongan, Jin Woo yang sedang terluka dan Joo Hee yang tidak memiliki kemampuan bertempur dalam bertempur, berjalan berdampingan.
Canggung, Jin Woo menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Aku... uhm… minta maaf, Joo Hee."

"Untuk?"

"Aku menyeretmu ke dalam situasi ini."

"Aku baik-baik saja, kau tak perlu mengkhawatirkanku."

Diam-diam, Jin Woo membaca ekspresi Joo Hee. Itu sama sekali bukan wajah baik-baik saja. Jin Woo memiringkan kepalanya tak yakin. Dengan hati-hati dia kembali memastikan.

"Kau yakin?"

Alih-alih menyaut, Joo Hee justru mengalihkan pandangannya ke arah Jin Woo. Mata mereka bertemu, tatapan ngeri beradu.

"Tentu saja aku tidak baik-baik saja! Apa kau sudah gila? Di serangan sebelumnya, jika tusukan yang kau terima melenceng lebih ke atas dari tusukan yang kau terima sekarang, jantungmu sudah berlubang! Belum lagi dengan luka di pergelangan tangan dan pahamu!? Aku baru saja menyembuhkan luka-luka itu dan sekarang kau malah pergi ke Dungeon lain? Apalagi kau tidak tahu apapun tentang Dungeon itu!

Setelah mendengar perkataan Joo Hee, Jin Woo menyadari kebodohannya. Apa yang dikatakan Joo Hee benar. Dia adalah Hunter tipe Healer, hunter berbakat kelas B. Jika bukan karena penyembuhan yang diberikannya, Jin Woo bisa jadi sudah mati karena cideranya saat menjadi orang normal, apalagi setelah menjadi seorang Hunter.

Aku sangat berhutang banyak padanya…"

Joo Hee bukan seorang healer biasa, dia seorang Hunter tipe Healer kelas B. berharga.

Setiap kali Gate terbuka, Asosiasi selalu memintanya untuk ikut serta sebagai Healerdan sudah pasti Jin Woo selalu setia menjadi hunter yang berakhir dengan terbaring di sampingnya untuk menerima perawatannya dalam setiap Raid.

Kau kesakitan lagi? Tenanglah..
Kau terlihat tidak asing... Apa kau yang terluka saat itu
Lagi-lagi kau terluka?’
‘Kelihatannya, aku melihatmu terlalu sering, lagi dan lagi’
Kau bilang namamu Jin Woo, kanKau baik-baik saja?’
Pernahkah sekali saja kau berpikir bahwa pekerjaan sebagai Hunter tidak cocok untukmu?
‘... dan yah, kau di sini lagi.
Ulurkan tanganmu! Bukan, bukan yang ini, yang ini kau bisa membalutnya sendiri dengan perban di rumah. Tangan yang lain, sini!’

Sekarang, penyeselan dan rasa bersalahku jauh lebih melebihi rasa terima kasihku kepadanya.

"..." 

Melihat ekspresi wajah Jin Woo yang terdiam, Joo Hee menyesal karena sempat kehilangan kesabarannya.

"Apa kau benar-benar meminta maaf?"

"Ya, tentu saja."

Setelah berpikir beberapa saat, Joo Hee menatap Jin Woo. Terukir segaris senyum di ujung bibirnya sebelum akhirnya angkat bicara.

"Baiklah, jika kau betul-betul menyesal… Bagaimana, jika kapan-kapan kau menraktirku makan?”

Itu bukanlah jawabn yang Jin Woo bayangkan. Dia mengangkat alisnya sedikit terkejut, saat dilihatnya Joo Hee tengah tersenyum nakal. ‘Dasar gadis!’ batinnya.

Jika diingat-ingat, usia Joo Hee adalah 20 menuju 21 tahun. Namun, jika dia memotong rambutnya dengan panjang dan gaya rambut yang tepat, lalu mengenakan seragam seorang siswi, dia akan terlihat cocok dengan penampilan seorang siswa tersebut. Membayangkan Joo Hee mengenakan seragam membuat wajah Jin Woo bersemu merah.

"Apa... Apa kau tidak mau makan bersamaku, Jin Woo?”

Namun, tiba-tiba, terdengar suara berisik dari arah depan rombongan.

"Ini dia! Sudah ditemukan!"

"Ini ruangan bos!"

Fokus Jin Woo dan Joo Hee beralih ke depan, ke arah sumber suara. Di ujung terowongan, ada sebuah pintu raksasa menghalangi perjalanan mereka. Para Hunter mendekati, lalu berkumpul di sekitar pintu itu.

"Ada gerbang di ujung terowongan?"

"Apa kau pernah melihat ruangan dengan pintu seperti ini?"

"Ini pertama kalinya ..."

"Ini... Bukankah ini berbahaya? ”

Para Hunter mulai menunjukkan kecemasan mereka. Mereka tidak tahu memiliki pengetahun tentang ini sebelumnya, nyawa mereka sedang dipertaruhkan, mereka harus berhati-hati. ‘Namun, terlalu berhati-hati pun, justru dapat menghalangi kita untuk menjadi maju,’ itulah yang dipikirkan Mr. Song.

"Jadi, setelah kita sudah sejauh ini, apa kalian malah ingin kembaliDengan tangan kosong?"

Mr. Song meletakkan tangannya di pintu.

"Kalian bebas memutuskan untuk kembali atau tetap pergi. Aku akan pergi sendirian!

Mr. Song adalah seorang hunter kelas C dengan pengalaman 10 tahun. Jika bukan karena umurnya yang sudah 60 tahun, dia mungkin sudah bekerja di bawah Guild besar.

Sepertinya, ketika seorang Hunter senior berbicara dengan penuh percaya diri, hal tersebut dapat membuat rasa cemas dari para hunter lain merasa perlahan memudar.

"Kalau dipikir-pikir," salah seorang hunter mengatakan sebuah rumor tentang Double Dungeon, “aku pernah dengar kalau Double Dungeon menyimpan harta karun yang luar biasa melimpah!”

"Ya, ya! Aku juga pernah mendengar kabar bahwa ada guild kecil yang pernah menemukan Double Dungeon dan setelah itu, dalam sekejap, mereka berkembang menjadi guild besar."

"Dan apa pun dan di manapun monster sihir yang selama ini muncul di Dungeon, sepertinya mereka memiliki level kesulitan yang sama. Kita sudah terbiasa, mereka tidak akan sulit untuk diburu..."

Seperti itulah, satu per satu hunter mulai menguatkan kepercayaam diri mereka masing-masing dengan berpikir bahwa Double Dungeon seperti rumor yang beredar yang menyimpan harta karun fenomenal, dan bisa jadi monster bahkan bosnya berperingkat D dan E sama seperti sebelumnya. Pikiran-pikiran lain pun bermunculan di kepala para Hunter.

‘Orang tua itu tidak boleh manguasai harta karun itu untuk dirinya sendiri.’
‘Ya, tentu saja tak boleh.’
‘Tak hanya biaya pasca persalinan, dengan harta karun itu aku dapat menyekolahkan anakku di sekolah elite, berinvestasi, dan menaikkan pendapatan…’

Dan dengan pemikiran seperti itu, para Hunter pun kembali bersatu. Bahkan Jin Woo pun terinspirasi untuk mengubah tujuan berburunya kali ini. Jin Woo juga bertekad.

‘Aku tidak dapat kembali hanya dengan satu kristal Kelas E. Setidaknya aku perlu mendapatkan satu lagi kristal level D. Tidak, tidak. Setidaknya level E pun sudah cukup.’

Tidak apa-apa jika aku tidak bertarung dengan monster sihir. Jika kita betul-betul menemukan harta karun di balik pintu itu…”

Sudah menjadi aturan standar kelompok bahwa jika di dalam sebuah Dungeon ditemukan harta karun atau benda langka, maka temuan tersebut harus dibagi secara merata kepada setiap anggota kelompok. Berbeda dengan perburuan biasa, di mana seseorang harus mendapatkan kristal sihir dari para monster sihir melalui pertarungan melawan duel hingga target mereka kalah.

‘Jika aku bisa memperoleh skor besar di sini, aku akan mendapatkan tambahan sehingga bisa beristirahat sementara waktu."

Jin Woo menelan ludahnya. Joo Hee yang berada di samping Jin Woo, melihat Jin Woo tetiba memasang tampang antusias. Dia bertanya, Apakah itu wajah dari seseorang yang menjadi Hunter karena sebuah hobi?"

Jin Woo mengangkat bahunya.

Siapa yang rela mempertaruhkan nyawa mereka demi pekerjaan ini akhir-akhir ini? Banyak. Namun, untuk sebuah hobi itu beda cerita…

"Maksudmu?"

Ketika Joo Hee dan Jin Woo saling bertatapan, Mr. Song mulai mendorong pintu besar itu hingga mulai terbuka.

Ckrrkk…. Grgggg -!

Entah bagaimana mekanisme pintu itu bekerja, tapi pintu besar itu dapat terbuka dengan mudahnya hanya oleh kekuatan dorongan dari seorang lelaki tua beruusia 60-an tahun.

Blamm!!!

Pintu yang terbuka lebar itu kini memamerkan bagian interior ruangan yang begitu luas. Para Hunter berdesakkan dan saling berebut untuk masuk ke dalamnya.

"Kita harus pergi juga!"

Tak mau tertinggal, Jin Woo meraih pergelangan tangan Joo Hee dan mengikuti para Hunter lain, memasuki pintu besar itu.

"Ah…" Joo Hee menghela napasnya tak jelas. Namun, dia tetap mengikuti Jin Woo dengan wajah yang kemerahan dan sedikit malu-malu.

***
Begitu para Hunter menapaki lantai ruangan tersebut, nyala api tetiba muncul dengan sendirinya pada serentetan obor yang berada di dinding-dindingnya. Mereka menyala dengan cerah, memamerkan kepada mereka segala hal di seisi ruangan. Sangat aneh!

"Ke? Kenapa lampunya menyala sendiri? ”

"Aku baru pertama kali melihat ini!"

"Tapi... ada sesuatu yang tidak biasa."

Para Hunter melihat ke sekeliling ruangan. Bagian dalam Dungeon ini terlihat seperti sebuah kuil kuno. Kuil tua yang anggun yang tersembunyi di bawah tanah. Lantai, dinding, dan langit-langitnya diselimuti oleh lumut. Beberapa Hunter mengangkat bahu mereka dan menggigil.

"Ada sesuatu yang tidak beres!"

"Apa kau tidak merasa seperti sedang diawasi oelh seseorang? "

Para Hunter di barisan belakang terlihat semakin ketakutan, sedangkan para Hunter yang lebih kuat justru semakin tertarik untuk mengeksplorasi ruangan hingga lebih dalam.

Tch! Jangan bodoh.

"Ayo kita selesaikan ini dengan cepat, lalu segera pergi dari sini!"

Bagian dalam ruangan ini sunggu sangat luas. Ini sebuah ruangan besar berbentuk kubah. Sepertinya ini lebih besar daripada gabungan beberapa stadion Olimpiade di Seoul, atau mungkin lebih besar lagi. Namun, anehnya, ruangan ini juga terasa sempit. Alasannya jelas karena...

"Itu... itu adalah..."

"Itu bukan bosnya, kan???"

Di ujung ruangan, sesuatu yang berukuran terlalu besar untuk dapat diterima akal sehatsedang duduk di kursi yang sama besarnya dengannya. Sungguh sosok luar biasa yang hanya bisa digambarkan seperti Patung Dewa

"Ya Tuhan!"

"Wow!" Mereka hanya bisa terkagum.

Gambaran pertama yang muncul dalam pikiran Jin Woo pada saat melihat benda itu adalah Patung Liberty. ‘Jika Patung Liberty duduk pada sebuah kursi, mungkin dia akan terlihat sama persis seperti patung ini. Yah, walaupun Si Liberty ini perempuan, sedangkan patung ini jelas-jelas terlihat seorang pria. Tidak, tidak. Mungkin patung ini lebih besar dari Patung Liberty!”

Para Hunter yang berkumpul tepat di depan patung itu hanya bisa menelan ludah. Semua orang berpikir bahwa jika itu adalah si bos Dungeon dan itu membuat mereka gugup ketakutan.

‘...’

Tapi patung itu tidak bergerak. Itu hal yang baik, bukan?

"Fyuuh -" Mr. Song mendesah lega.

"Baiklah, ayo kita pergi dan berpencar!"

Dengan sisa kepercayaan diri, para Hunter mulai menyebar dan menyelidiki setiap sisi ruangan raksasa ini.

"Aku tidak melihat satu pun monster sihir di sini."
"Benar, kan?"
"Lupakan tentang monster sihir itu, aku bahkan tak melihat satu ekor serangga pun."

Dibandingkan dengan ukuran dan dekorasi ruangan ini yang luar biasa, patung itu terlihat terlalu polos, sederhana dan tidak mencolok, kecuali ukurannya. Di sekeliling dindingnya ada banyak sekali obor yang digunakan untuk penerangan. Tepat di depan obor-obro tersebut, ada barisan patung lain yang sedikit lebih tinggi dari rata-rata orang biasa, yang berdiri dengan jarak yang sama antarpantung hingga membentuk sebuah lingkaran.

"Menakjubkan!"

"Seperti sebuah karya seni."

Setiap patung batu itu memiliki bentuk yang berbeda satu sama lain. Beberapa membawa senjata, beberapa membawa buku, beberapa membawa alat musik dan obor.

"Ini seperti," Mr. Kim mulai menggambarkan apa yang dilihatnya.

"Dekorasi dasi sebuah kuil," sambung Mr. Song, menyelesaikan apa yang akan dikatakan oleh Mr. Kim.

"Hmm?"

Mr. Song menemukan sesuatu di kakinya.

"Ini... Apakah ini lingkaran sihir?”

Di tengah kuil ada sebuah lingkaran sihir dengan bentuk yang belum pernah dilihatnya.

"Hei , Mr. Song, ada sesuatu yang tertulis di sini? Bisakah kau melihatnya?”

Seorang Hunter yang memanggil Mr. Song menemukan patung batu terlihat yang unik di sudut ruangan. Mr. Song meningggalkan tempat dia berdiri mengobservasi lingkaran sihir, menuju ke tempat hunter itu berada. Satu per satu, semua Hunter lainnya juga ikut mendekati patung batu unik itu.

Berbeda dengan patung batu lainya, patung ini memiliki sepasang sayap. Dia memegang lempengan di tangannya. Hal yang menarik perhatian Mr. Song adalah huruf-huruf yang terukir di lempengannya. Mr. Song melihat lempengan tersebut, lalu bergumam.

"Ini huruf Rune Kuno."

Rune. Ini adalah karakter yang hanya bisa ditemukan di Dungeon dan tidak terlihat di mana pun di planet ini selain di sanaHanya Hunter yang sudah terbangun dan berubah menjadi seorang Mage (penyihir) saja yang bisa mengartikan dan menginterpretasikan tulisan itu.

Mr. Song membaca kalimat pertama di lempengan tersebut.

"Aturan Kuil Suci Cartelon."

Jin Woo mendengarkan apa yang dikatakan Tuan Song dengagugup dan serius. Namun, tiba-tiba seseorang menarik lengannya.

Dia berbalik dan melihat Joo Hee yang sudah berwajah pucat dan ketakutan.



(bersambung ke Bab 3)



Related Post

0 Comments for "Solo Leveling Ch. 2: Double Dungeon"